Tapanuli Utara, Fokus24.id

Jebolnya irigasi Aek siborgung memaksa masyarakat beralih ke pertanian lahan kering menggantikan pertanian padi yang selama ini menopang hidup warga di tiga desa.

Sungai Aek siborgung terletak di Desa Parbubu 1 kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara jebol tahun 2019, sebelumnya sungai tersebut mengairi persawahan kurang lebih 300 hektar di desa parbubu 1, Desa parbubu II dan Desa Hutapea Banuarea kecamatan Tarutung.

Rusaknya Irigasi Mempengaruhi Kebutuhan Air Petani Padi

Sejumlah petani yang ditemui di kawasan irigasi Aek Siborgung yang menyasar kebutuhan air persawahan kurang lebih 250 KK menyebutkan, kerusakan bendungan itu telah menimbulkan dampak buruk pada produk pertanian mereka, khususnya padi. 

Arman Simbolon warga parbubu I mengatakan kepada sejumlah wartawan di lokasi irigasi yang jebol, tiga tahun terakhi ini, mereka telah beralih pada komoditi jagung dan kacang-kacangan. 

Kendati demikian, ketergantungan terhadap beras untuk memenuhi pangan, masih sangat tinggi,

“Kami sangat terpukul akibat kerusakan bendungan ini. Sudah tiga tahun kami tidak memproduksi padi, padahal padi adalah kebutuhan utama kami,” sebut  Arman Simbolon.

Hal yang sama disampaikan Riste Tobing dan Kasman Hutagaol. “Kami sudah berupaya menyampaikan permasalahan ini  ditingkat desa dan camat dan bupati serta kepada Anggota DPRD Provinsi.”ujar Kasman Hutagaol.

Didampingi Kepala Desa Parbubu I Ridwan Lumbantobing, Sekdes Parbubu 1 Rido Lumbantobing, Plt Kepala Desa Parbubu 2 Tunggul Lumbantobing dan Sekdes Parbubu 2 Hendra Lumbantobing.

Petani Padi Beralih ke Tanaman Kering

Kondisi lahan tanpa air, memaksa masyarakat untuk beralih ke pertanian lahan kering menggantikan pertanian padi yang menopang hidup warga tiga desa, sebagian besar petani, justru membiarkan terbengkalai, karena selama ini lahan mereka hanya produktif bila digunakan sebagai persawahan padi. 

Camat Tarutung Reinhard Lumbantobing beserta Kepala Desa Parbubu I Ridwan Lumbantobing, Sekdes Parbubu 1 Rido  Lumbantobing, Plt Kepala Desa Parbubu 2 Tunggul Lumbantobing dan Sekdes Parbubu 2 Hendra Lumbantobing yang mengetahui Tim Investigasi SMSI berada di lokasi,

Langsung turun dan memaparkan upaya penanggulangan yang sudah dilakukan Pemkab Taput pasca bencana banjir yang menyebabkan jebolnya tanggul sungai Aek Siborgung.

"Setahun setelah dibangun mengalami kerusakan, tepatnya tiga tahun lalu, kita sudah melakukan upaya penanggulangan,"ungkapnya.

Pada awalnya kata Renhard, masyarakat dengan spontan melakukan gotongroyong massal dibantu Pemkab Tapanuli Utara dengan menurunkan alat berat, tetapi upaya penanggulangan yang dilakukan tidak bertahan lama tanggul jebol lagi.

 “Kendati demikian, tanggul yang dibangun masyarakat itu tidak bertahan lama. Begitu hujan lebat turun, tanggul itu kembali jebol“ terangnya.

Kata Camat, kondisi Aek Siborgung  telah dilaporkan kepada Pemkab Taput. Tetapi karena Sungai Aek Siborgung adalah ranah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pempropsu), usulan pembangunannya pun  telah diteruskan Pemkab Taput ke Medan.

“Sesungguhnya, usulan proyek perbaikan tanggul sudah masuk dalam daftar prioritas, yang kita sampaikan ke Provinsi, rencananya di tampung pada APBD Sumut Tahun 2020. Namun karena terjadinya refocusing anggaran, sehingga perbaikannya hingga kini belum terealisasi”sebutnya.

Ia juga mengakui, usulan ini juga sudah disampaikan kepada sejumlah Anggota DPRD Sumut dari Dapil 9 Sumut.

Dilokasi jebolnya sungai Aek Siborgung, 25 jurnalis yang tergabung dalam SMSI Tapanuli Utara dipimpin Ketua Jan Piter Simorangkir melakukan jurnalisme investigatif dengan menyusuri Sungai  (Aek) Siborgung mulai dari hulu hingga hilir dan menemukan sejumlah titik kerusakan, Kamis (25/11/2021). 
(Aman Siregar)