Siantar, Sumut, Fokus24.id-Bandar narkoba jenis sabu inisial DHL dan UH semakin bebas menjual narkotika jenis Sabu di Wilkum Polres Pematangsiantar.

"Mereka bandar sabu di Kota Siantar. Dalam menjalankan aksinya, keduanya memakai nama samaran dengan inisial Ismail. Itu dilakukan agar aktifitas mereka tidak terungkap," ungkap pria bertubuh semampai, Rabu (18/08/2022) malam.

Dalam sebulan, penjualan narkotika jenis sabu keduanya mencapai 12 kg di Kota Siantar. Secara rinci harga sabu 1 kg mencapai Rp 1.2 Miliar.

"Sebulan, sabu habis terjual sebanyak 12 kg. Harga satu per kg 1.2 miliar. Berarti perputaran uang dari peredaran sabu dalam sebulan mencapai Rp 14.4 miliar." Terangnya.

Lanjutnya, sementara harga order perkilogram, bandar sabu membayar kepada pemasok berkisar 600 juta. Setelah diketengi, sang bandar kembali menjual dengan takaran per ons. Harga per ons, dibandrol 120 juta rupiah.

“Bandar menjual sistim ketengan per ons kepada kaki tangan DHL dan UH yang tersebar di seluruh pelosok Kota Siantar. Kalau 1 ons, dia jual seharga 120 juta rupiah. Kalau 1 kg harganya 1.2 miliar rupiah. Kalau mitranya menjual, terserah mau jual berapa,” bebernya lagi, saat menjual sabu, ada juga sistim pulsa 150 atau 200 ribu rupiah.

Sambungya, 1 gr sabu, rata rata harga pasaran 1.5 atau 2 juta per gram. 1 ons beratnya 100 gram, jika ditotal, mitranya bisa beromset 150 sampai 200 juta rupiah.

"Kalau terjual 1 ons, untung mitra bisa mencapai 30 sampai 70 juta rupiah.” Tutur pria bertubuh semampai ini, bahwa bisnis narkoba sangat menggiurkan bila digeluti, oleh karena itu, diduga aparat hukum di Kota Siantar tutup mata.

Fantastis, total omset penjualan narkotika jenis sabu senilai 14 miliar di Kota Siantar, keuntungan bandar sabu DHL dan UH mencapai 700 juta rupiah. Jika sabu laku terjual 12 kg, sedikitnya keuntungan UH mencapai 7.2 miliar rupiah.

“Keuntungan itulah dia bagi bagi. 1 miliarlah satu bulan untuk instansi tertentu. Belum lagi lain lainnya, katakanlah habis 1 miliar. Lain lagi pengeluaran tak terduga 1 miliar. Katakanlah habis 3 miliar sebulan." Ujarnya lagi.

Sekedar renungan, bila di konversi jumlah peredaran narkotika jenis sabu diseluruh pelosok Siantar dengan anak usia produktif, sedikitnya ribuan generasi muda diduga mentalnya rusak.” Tandasnya.

Sebelumnya, Kasat Narkoba Polres Siantar, AKP Rudi Panjaitan, terkait peredaran narkotika jenis sabu di Kota Siantar, mantan Kapolsek Siantar Timur ini mengucapkan terimakasih atas informasi yang telah disampaikan kepadanya,

"Terimakasih infonya Bang." Jawabnya melalui pesan aplikasi WhatsApp, Kamis (11/08/2022) sekira jam 07.07 WIB.

Tiga Lokasi Sarang Narkoba di Wilkum Polres Siantar

Untuk melayani pembeli, markas peredaran narkotika jenis sabu yang diduga masih dikendalikan, DHLN bertambah di sejumlah titik Kota Pematang Siantar.

"Di Teratai juga buka orang itu. Sudah mau sebulan pun bang. Makanya kawan-kawan ada yang ambil ke sana," ungkap seorang warga melalui seluler, Rabu (10/08/2022) sekira jam 18.42 WIB.

Informasi dihimpun, lainnya markas peredaran sabu dikendalikan DHLN, Antara lain, di Jalan Kiki Novita Sari, Kecamatan Siantar utara, Jalan Medan Simpang Koperasi, Kalurahan Tambun Nabolon.

Bahkan, markas di Jalan Medan, Gang Bajigur, Kelurahan Naga Pitu, yang sempat tutup, kini kembali buka,

"Buka juga. Bersamaan dengan di Jalan Teratai. Yang jalankan anggotanya dari Bajigur ke sana," terangnya.

Pantauan di Jalan Teratai, Kelurahan Bukit Sofa, Kecamatan Siantar Sitalasari, sejumlah pria tampak hilir mudik diduga membeli narkotika jenis sabu dan setelah melihat kedatangan wartawan, kenziro dari DHLN langsung menghentikan aktivitas.

"Break..Break bang.. Nanti saja ya, balik dululah kalian sana," papar kenziro bertubuh kurus tersebut sembari pergi untuk menghindar dari wartawan.

Sementara, Kepala Seksi (Kasi) Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Pematang Siantar, Kompol Pierson Ketaren ketika dikonfirmasi melalui seluler, Rabu (10/8/2022) sekira jam 19.36 WIB mengaku, sudah pernah turun langsung untuk melakukan penangkapan.

"Ke Teratai sama Bajigur. Tapi, mereka terus kabur ke gang dan sungai di sana. Karena kenzironya sudah ada yang siaga. Jadi, begitu kita turun, mereka langsung tau," ucap Kasi Berantas.