Sianțar, Sumut, Fokus24.id-Sebulan berlalu, Tagor Sitohang belum menerima keterangan resmi terkait oli Shell Helix yang dibeli dari salah satu toko di Jalan Gereja, Kelurahan Toba, Kecamatan Sianțar Selatan, Kota Pematangsiantar, diduga dioplos.

"Belum ada keterangan resmi setelah kejadian. Saya masih menunggu keterangan resmi dari sales oli Shell dan pemilik toko." jawabnya melalui sambungan handphone seluler, Kamis (23/01/2025) pagi.

Tagor menyampaikan, bungkamnya pemilik toko dan sales oli Shell Helix sebagai penyuplai terkesan disengaja. Sebagai konsumen ia merasa dirugikan.

"Seharusnya, sesuai kesepakatan pihak perusahaan oli dan pemilik toko memberitahukan hasil laboratorium. Namun, jawaban yang dinanti nanti belum berbalas. Seperti sengaja tidak mau bicara atau membisu." ujarnya.

Ditanya, apakah dirinya telah menyerahkan oli kepada sales Shell Helix dari toko penggantian serta yang dibeli dari toko lain, Tagor menjawab sudah,

"Peristiwa itu terjadi 24 Desember 2024. Saat itu juga langsung saya serahkan sampel oli kepada sales shell Helix. Disaksikan pemilik toko tempat aku membeli oli dan teman teman wartawan." jawabnya.

Parahnya, lanjutnya, hingga kini, pihak toko sebagai penyuplai oli Shell Helix juga bungkam. Anehnya, saat terkuak pemilik toko tidak memberi solusi lalu melontarkan kalimat tidak beretika terhadap sejumlah rekannya,

"Malah pemilik toko mengatakan, kalian wartawan karena tak dikasih uang tahun baru bikin begini." cetusnya menirukan kalimat yang dilontarkan pemilik toko.

Atas peristiwa tersebut, sambungnya apabila  pihak perusahaan oli dan pemilik toko tidak memberi jawaban, Tagor Sitohang akan melaporkan peristiwa yang dialaminya ke Polres Pematangsiantar,

"Kalau tidak ada juga penyelesaian, saya akan melaporkan ke polres Pematangsiantar." ucapnya.

Dikisahkannya, terkuaknya dugaan oli oplosan yang ia beli dari toko di jalan gereja berawal saat hendak mengganti oli mobil Daihatsu Terios miliknya.

Setibanya di toko, kepada pemilik, Tagor meminta agar mengganti oli mobilnya dengan merk Shell kemasan isi 5 liter.

Pemilik toko pun bergegas mengganti oli mobil. Sebelum mengganti, pemilik toko terlebih dahulu mengeluarkan oli dari dalam mesin. Selanjutnya pemilik toko menuangkan kemasan oli shell isi 5 liter.

Ternyata kapasitas mesin milik Tagor hanya 4 liter. Sisa satu liter, kemudian pemilik toko menuangkan ke dalam kemasan jerigen kecil isi satu liter.

Curiga, Tagor langsung membayar biaya penggantian oli. Sejurus berikutnya, ia pun beranjak ke toko lain di sekitaran perluasan.

Disana, Tagor membeli oli Shell Helix kemasan satu liter. Selanjutnya, gerak tergesa gesa lalu menuangkan kedua kemasan oli ke dalam botol Aqua guna memastikan perbedaan warna.

"Sisa dari toko oli lalu ku tuang ke dalam botol Aqua. Begitu juga kemasan oli yang dibeli dari toko lain juga ku tuang ke dalam botol Aqua. Tampak jelas perbedaan warna." Jelasnya.

Kemasan botol dari toko tempat mengganti oli terlihat warnanya lebih pekat. Sementara warna oli yang dibeli dari toko lain lebih jernih dan tampak molekul kecil mengambang.

"Itulah dasarnya timbul kecurigaanku bahwa oli yang ku beli dari toko penggantian kuduga dioplos atau palsu. Karena warnanya lebih pekat dan kental sekali. Sementara oli yang ku beli dari toko lain lebih jernih dan ada molekul kecil mengambang." Terangnya.

Tak terima, ia pun kembali menemui pemilik toko lalu mempertanyakan mengapa oli yang baru saja diganti terlihat lebih pekat.

Kemudian, dihadapan pemilik toko, Tagor memperlihatkan kedua kemasan oli yang dituang dalam botol Aqua, tampak berbeda warna,

Namun, Tagor tidak mendapat sambutan baik, sebaliknya istri pemilik toko marah marah lalu melontarkan kalimat tidak beretika kepada sejumlah rekannya.

Sebelumnya, sales oli Shell Suryadi mengatakan tidak pernah menjual barang yang berbeda warna.

Dirinya mengaku bingung mengapa warna oli yang disuplay ke toko berbeda dengan yang di jual sementara kemasannya serupa.

"Tidak pernah menjual oli dengan warna berbeda. Bingung juga bang. Sabar ya bang belum ada hasilnya." jawabnya.